Kamis, 28 Juli 2016

Kisah Firdaus, Kenek Angkot yang Jadi Pengusaha Sukses Di London



Tak ada yang tahu nasib seseorang. Namun Tuhan tak akan mengubah nasib suatu kaum sampai mereka sendiri mau mengubahnya. Hal itulah yang dialami
Firdaus Ahmad.

Pria berusia 54 tahun itu kini hidup sebagai pengusaha sukses pemilik restoran Nusa Dua di sudut Dean Street 11, Soho, pusat London. Punya tinggi tiga lantai, bangunan ini adalah satu satunya restoran Indonesia di kawasan belanja sekaligus tempat hangout favorit generasi muda London.

Kalau kamu tengah ke London, kamu bisa mencoba berbagai makanan khas Indonesia di restoran Nusa Dua. Sebut saja ayam kremes, sayur asem, sambal terasi, tahu isi, soto ayam, tempe, kerupuk udang hingga nasi goreng yang jadi favorit sejak Presiden Obama datang ke Indonesia ada di sana.

Dengan banyaknya orang yang mengantre, kamu pasti bakal berpikir, 'Wah, pak Firdaus tentu sukses besar dan bergelimang kekayaan'. Namun tahukah kamu kalau Firdaus sang pengusaha restoran itu
dulunya hidup kekurangan?

Yap, restoran Nusa Dua adalah buah kerja kerasnya selama 20 tahun. Firdaus tiba di London pada akhir 1981 dengan bantuan tiket pesawat dari saudaranya yang bekerja sebagai sopir Kedutaan Besar Indonesia di
London.

Pendapatan sebagai kondektur alias kenek angkot Kampung Melayu-Bekasi yang pas-pasan membuat Firdaus menguatkan tekad pergi ke London. Tiba di Bandara Heathrow, Longford - Inggris dalam kondisi tak bisa berbahasa Inggris, alumni SMA 1 Indramayu inipun cuma mengikuti orang lain hingga dia akhirnya tahu kalau kata
'exit' berarti keluar.

Firdaus memulai petualangannya di London sebagai tukang cuci piring di restoran Indonesia yang akhirnya bangkrut
karena ketahuan mengakali pajak. Dia lalu diajak pengusaha Singapura yang mendirikan restoran Nusa Dua dan dijadikan koki (chef).

Namun restoran itu cuma bertahan tiga tahun karena si pengusaha tak sanggup membayar cicilan modal sehingga Royal Bank of Scotland (RBS) menyitanya. Lewat bantuan sang istri, Usya Suharjono, Firdaus pun membujuk pihak bank RBS untuk
mengelola restoran Nusa Dua dengan jaminan mereka akan membayar cicilan GBP 1.000 (sekitar Rp 17,2 juta) tiap bulan tepat waktu. "Kalau tahun pertama pembayaran nggak jelas, bank silahkan ambil lagi," ungkap Firdaus kala itu, seperti dilansir Tempo .

Memegang kendali pengelolaan restoran mulai belanja, memasak hingga melayani pembeli, Nusa Dua mulai dilirik orang lagi hingga meraih keuntungan GBP 10 ribu (sekitar Rp 140 juta kala itu) setiap minggu. Hanya butuh enam tahun, Firdaus mampu melunasi hutang sebesar GBP 100 ribu (sekitar Rp 1,7 miliar).

Diapun mulai rajin menabung hingga mampu membeli rumah seluas 300 meter persegi seharga Rp 5,2 miliar di dekat sekolah anaknya, kawasan elite Colindale. Rumah sembilan kamar yang dijuluki Wisma Indonesia itu kini disewakan kepada turis asal Indonesia dengan tarif GBP 19,5 (sekitar Rp 335 ribu) permalam.

Sementara Firdaus dan keluarganya tinggal tak jauh dari tempat itu. Kamu bisa melihat ada tiga mobil Mercedes dengan harga rata-rata Rp 1,4 miliar terparkir nyaman di halaman rumah mereka.

Meskipun sudah sukses, Firdaus yang sering mudik ke Jatiasih, Bekasi ini masih punya keinginan. Impian Firdaus kini hanyalah pulang kampung ke Indonesia setelah anak-anaknya mandiri dan membuat TPA untuk anak-anak
miskin.

Sungguh, kesuksesan itu akan datang kepada siapapun yang memang mau bekerja keras. Semoga saja kesuksesan pak Firdaus bisa menular ya!
Previous Post
Next Post

0 comments: