Rabu, 23 Agustus 2017

Waspada, NU Sudah Terbelah Oleh Wahabi, FPI Men...


Dapat kiriman dari teman Netizen NU tentang point-poin hasil halaqoh Netizen NU Jawa Barat pada 19 Januari 2017.

Pertama, di ada gerakan dan dana super besar untuk membuat Indonesia bersih dari NU dengan target tahun 2025. Seperti sering dibilang oleh para Kiai sepuh, kalau mau menguasai Indonesia, kuasai dulu NU. Kalau mau memecah belah Indonesia, pecah belah dulu NU. Kalau mau menghancurkan Indonesia, hancurkan dulu NU.

Kedua, NU sudah cukup lambat mengantisipasi serbuan media online dan medsos oleh pihak-pihak di atas. Serangan di era media cetak sudah gencar dari tahun 80-an, serangan melalui internet sudah gencar dari tahun 95an, dan serangan di medsos semakin menggila sejak tahun 2010an.

Ketiga, perlu ada peningkatan kajian literasi kitab kuning (ilmu-ilmu agama), kitab putih (ilmu-ilmu humaniora), dan kitab abu-abu (ilmu politik) bagi para warga NU agar tidak mudah dibodohi oleh paham-paham yang "menyerang" kaum Nahdhiyyin. Karena mereka kini menyerang dg gerakan Neo Cortex (Al Ghozwul Fikr), proxy dan psyco war (perang pemikiran, rekayasa psikologi dan intrik politik) dengan menggunakan sentimen agama, fanatisme Islam dan 'politik kebencian' sebagai alat utk melemahkan warga NU.

Keempat, serangan-serangan kepada ulama-ulama NU khususnya para ulama pengawal organisasi NU berupa fitnah dan hoax amat gencar, sebagian diantaranya dilakukan oleh kalangan yang "mengaku" Nahdhiyyin juga. Serangan-serangan ini tujuannya menghilangkan kepercayaan umat kepada ulama, dan mengalihkannya kepada ulama-ulama yang "direkomendasikan" oleh para penyerang tersebut.

Kelima, para kader Anshor Banser, elemen organisasi NU dan warga Nahdhiyyin harus ikut serta dalam "perang medsos" tersebut, namun dengan cara bil-hikmah wal mau'idhatil hasanah. Bila pihak lawan rajin menyebar hoax dan fitnah, jangan dilawan dengan hoax dan fitnah. Lawanlah dengan menyebarkan berita yang benar. Perbanyak menyebar postingan yang meluruskan kesalahpahaman, tanpa menghujat dan mencaci. NU itu merangkul, bukan memukul.



Warga NU memang harus mewaspadai gaya baru Wahabi. Nampaknya setelah mereka gagal puluhan tahun utk me-wahabikan banyak kader NU di kampus kampus Saudi Arabia, mereka juga gagal memberangus amaliyah NU dg missil ustad ustad Wahabi sekelas Ustad Firanda hingga Tengku Wisnu melalui media massa, dan menyebar web web majhul yg penuh propaganda

Wahabi juga telah mencoba mengemas agar doktrin mrk lebih diterima dengan baju Jawa ala MTA pimpinan Syekh Sukino namun tetap saja gagal, nampaknya kini ada kesempatan bagi mereka utk memecah belah warga NU dg "berselingkuh" dengan FPI.

Mungkin mrk tahu bahwa hanya kaum Aswaja yang suka memuja muja ahli Bayt hingga 'sundul langit'. Bahkan mereka mungkin juga menganggap warga NU hanyalah kumpulan orang orang bodoh karena menganggab para Habaib sbg 'sadat' (jamak dari Sayid) yg dianggap sebagai juru selamat, dmn semua fatwa dan ucapan mrk pasti dianut dan dianggap benar.

Hingga dg trik trik politik , kini Wahabi telah berhasil berfusi dengan FPI untuk memecah belah opini warga NU dgn menggunakan atribut baru yg baru mereka ciptakan; yah apalagi kalau bukan GNPF- MUI.

Bahkan lihatlah, nampaknya demi tegaknya kalimah Wahabi dan untuk menyenangkan juragannya di Arab Saudi, kini panglima GNPF yg juga guru besar Tengku Wisnu itu kini telah berkopyah hitam dan memproklamirkan diri sebagai ulama besar dg gelar Kyai Haji (KH). "Kami NU bukan? Maka dengarkan juga kami" Mungkin itulah yg ingin dia katakan..

Namun mereka lupa bahwa warga NU itu panutannya bukan Kyai, habib maupun ustad. Tapi panutan warga NU adalah para ulama yg mengajarkan mereka makna kebaikan yg tdk sekedar diukur dg "qola ta'ala" apalagi symbol "kearaban", tapi kebaikan sosial yg sesuai dg tradisi lokal mereka di Nusantara dan sejalan dengan ajaran Sunnah serta uswah akhlakul karimah Rasulillah Saw.

Para ulama yg setiap hari membimbing mereka dg fatwa fatwa yg menyejukkan di sudut2 desa ataupun pesantren 2 dan uswah keteladanan yg mendamaikan tanpa mengobral dalil dan symbol agama secara vulgar; bukan pula fatwa yg penuh sensasi ataupun orasi yg menggugah emosi seakan akan kita sedang berperang.

Dan para ulama yg lebih mengutamakan ilmu dan moral sebagai pegangan daripada atribut atribut kenabian dan semangat keislaman yg kadang hanya dipenuhi kepentingan dan kemunafikan.

Karena NU adalah Nahdlatul Ulama; yakni organisasi wadah para ulama dalam upaya membangkitkan umat dari carut marut dunia yg penuh permainan melalui kekuatan ilmu dan moral, apapun atribut sosial pada mereka yg masyarakat berikan.

Karena itu selayaknya warga NU memang harus mewaspadai munculnya gerakan massif yg akhir akhir ini menyerang NU dan kyai ulama NU dg fitnah hoax dan hate speech.

Gerakan yg ingin menggantikan peran NU di masyarakat dan sbg pilar Indonesia dengan organisasi baru selain NU, menggantikan peran para Kyai ulama NU yg alim allamah dan mengakar di masyarakat dg para 'new comers' yg beratribut keulamaan namun hanya hasil audisi media.

Ciri mereka adalah fanatik buta pd 'hitam putih' syariah sehingga anti Pancasila, cinta mati-matian pd atribut dan simbol Islam utk dibela sehingga mrk anti kebhinekaan, atau mrk yang menjadi pejuang demi tegaknya pemerintahan Islam sehingga mrk antipati pada konsensus "NKRI harga mati".

Dan yg paling akut adalah mereka yg benci NU, amaliyah NU dan Kyai NU karena mereka menganggap NU adalah wadah bagi manusia manusia calon penghuni neraka, dan hanya mereka saja yg berhak masuk sorga.

Berikan pendapat terbaik kalian kawan!

Sumber: muslimmoderat.net
Previous Post
Next Post

0 comments: